Sebetulnya saya tidak terlalu berharap kumpulan puisi berikut dimuat, karena merupakan kumpulan puisi pertama saya sekaligus pertama kalinya saya berani mengirimkan ke media. Kumpulan puisi tersebut adalah yang saya kirimkan setahun yang lalu, sehingga tak menyangka bahwa pada akhirnya dimuat oleh tabloid Ganesha Edisi 223 Volume V / Oktober 2016 setelah satu tahun lamanya. Terimakasih Ganesha... Buat Sahabat yang sedang berjuang menerbitkan karyanya di media, jangan mudah menyerah ya...! Never give up and hold on. :)
Makna Bodoh Aku?
Aku
miliki makna
Aku
miliki asa
Namun
sering aku resah
Apa
tujuan tanpa langkah
Apa
langkah tanpa tujuan
Itu
hanya makna sampah,
Yang
dibuang lepas sudah
Yang
terpendam, semakin mendalam
Semua
sisi tak tergapai
Asa
yang dipaksa terbengkalai
Hidup
ini pun terasa lunglai
Aku
seperti ruang hampa
Dalam
banyak arah
Ku
biarkan enyah
Inikah
miskin makna?
Jiwa Terlupa
Seperti
adanya,
banyak jiwa-jiwa yang terlupa
Tak
mampu pandangi raga dengan rasa
Tak
mampu pandangi luka dengan iba
Dengan
ego aku buta
Dengan
cinta tetap hampa
Ambisi
sebagai tekanan tak henti
Aku
melihat hanya satu sisi
Itu
buat aku gelap
Gelap
mata, pikiran, dan hati
Seperti
tak berbudi
Dan
aku khilap
Dan
aku terlelap
Wahai
kau yang terlupa
Adakah
kau mengasihiku
Adakah
maaf terakhirmu
Aku
suram, aku gelap
Sungguh
aku buta
Tak
pandangi warnamu
Tak
pandangi risaumu
Masih Jauh
Langkahku
tertahan disini
Seperti
ada tambatan hati
Kubiarkan
jiwaku meniti
Telisik
semua sisi hati
Namun
ini ...
Kenyataan
tak diingini
Ternyata
ini ...
langkah
yang belum mati
Aku
tetap berbesar hati
Hadapi
pedih ini
Jiwaku
terlari tak henti
Gapai
angan pasti
Aku
yakinkan hari-hari
Nanti
akan bersuka hati
Nafsu
Aku
budak mu yang setia
Yang
tak kuasa tahan setiap asa
Aku
turuti arahmu
Dan
kau mainkan sesukamu
Kau
antarkan aku pada suka
Namun
diakhir penuh duka
Kapan
akal sehatku untukmu
Kapan
kau putar arahmu
Bosan
dan ini menjijikan
Berbuah
sesal tak terhentikan
Dada
dan kepala Sesak akan dosa
Dunia
pandang aku tak guna
Sungguh
kau menjijikan
Kapan
haluan kananmu
Hari Sesat
Aku
tersesat dalam sesat
Rusak
moralku sungguh pesat
Hari-hariku
bagai sampah
Hanya
dosa yang kujamah
Seratus
kali lipat nafsu sampah
Seperti
takkan terhenti, salah
Hatiku
tertusuk
Sehingga
aku busuk
Ada
sakit dihati
Hingga
melilit leher bagai mencekik mati
Sesak
dengan ini
Kapankah
rubah pribadi
Jangan Biarkan
Adakah
matamu melihat mereka
Hidupnya
merumput jelata
Adakah
kau melihat sisi juangnya
Mereka
inginkan martabatnya
Kau
jiwa berbangkai hati
Kau
biarkan harapnya mati
Perlahan
jiwanya mati bersama mimpi
Dan
matimu tanpa arti
Warna Kelam 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan masukan atau komentar dengan sopan :)